13 Hal Yang Menunjukkan Riba Itu NgeRIBAnget
Ini Beberapa Hal Yang Menunjukkan Ngerinya Transaksi Riba, Riba itu Memang NgeRIBAnget.
1. Keadaan pemakan riba di neraka
Dari Samurah bin Jundub radhiyallahu 'anhu , Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menuturkan 'kunjungannya' ke neraka,
فَأَتَيْنَا عَلَى نَهَرٍ – حَسِبْتُ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ – أَحْمَرَ مِثْلِ الدَّمِ ، وَإِذَا فِى النَّهَرِ رَجُلٌ سَابِحٌ يَسْبَحُ ، وَإِذَا عَلَى شَطِّ النَّهَرِ رَجُلٌ قَدْ جَمَعَ عِنْدَهُ حِجَارَةً كَثِيرَةً ، وَإِذَا ذَلِكَ السَّابِحُ يَسْبَحُ مَا يَسْبَحُ ، ثُمَّ يَأْتِى ذَلِكَ الَّذِى قَدْ جَمَعَ عِنْدَهُ الْحِجَارَةَ فَيَفْغَرُ لَهُ فَاهُ فَيُلْقِمُهُ حَجَرًا فَيَنْطَلِقُ يَسْبَحُ ، ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَيْهِ ، كُلَّمَا رَجَعَ إِلَيْهِ فَغَرَ لَهُ فَاهُ فَأَلْقَمَهُ حَجَرًا – قَالَ – قُلْتُ لَهُمَا مَا هَذَانِ قَالَ قَالاَ لِى انْطَلِقِ انْطَلِقْ
“Kami mendatangi sungai yang airnya merah seperti darah. Tiba-tiba ada seorang pria yang berenang di dalamnya, dan di tepi sungai ada orang yang mengumpulkan banyak sekali batu. Lalu orang yang berenang itu mengejar orang yang telah mengumpulkan batu, sambil membuka mulutnya dan orang yang mengumpulkan batu tadi akhirnya menyuapi batu ke dalam mulutnya. Orang yang berenang tersebut akhirnya pergi sambil berenang. Kemudian ia kembali lagi pada orang yang mengumpulkan batu. Setiap ia kembali, ia membuka mulut lantas mengeluarkan batu ke dalam mulut. Saya berkata kepada keduanya, "Apa yang sedang mereka lakukan berdua?" Mereka berdua berkata padaku, “Berangkatlah, berangkatlah.” Maka kami pun berangkat.”
Dalam lanjutan hadits disebutkan,
“ Adapun orang yang datang dan berenang di sungai lalu disuapi batu, itulah pemakan riba .” (HR. Bukhari, no. 7047)
2. Di hari kiamat diancam dengan perut yang besar seperti rumah dan dipenuhi dengan ular-ular
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu , Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berlibur,
أَتَيْتُ لَيْلَةَ أُسْرِىَ بِى عَلَى قَوْمٍ بُطُونُهُمْ كَالْبُيُوتِ فِيهَا الْحَيَّاتُ تُرَى مِنْ خَارِجِ بُطُونِهِمْ فَقُلْتُ مَنْ هَؤُلاَءِ يَا جِبْرَائِيلُ قَالَ هَؤُلاَءِ أَكَلَةُ الرِّبَا
“Pada malam Isra', saya mendatangi suatu kaum yang perutnya di dekat rumah dan dipenuhi ular-ular. Ular tersebut terlihat dari luar. Akupun bertanya, “Siapakah mereka wahai Jibril?” “Mereka adalah para pemakan riba,” jawab beliau.”
(HR. Ibnu Majah, no. 2273; Ahmad, 2: 353, 363. Sanad hadits ini dha'if sesuai kata Al-Hafizh Abu Thahir. Dalam sanadnya terdapat Abu Ash-Shalet yang majhul )
3. Dosa riba yang paling ringan seperti menzinai ibu kandung sendiri
Dari 'Abdullah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sall sedang berlibur.
الرِّبَا ثَلاَثَةٌ وَسَبْعُونَ بَابًا
“ Riba itu ada 73 pintu .”
(HR. Ibnu Majah, no. 2275. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan )
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu , Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berlibur,
الرِّبَا سَبْعُونَ حُوبًا أَيْسَرُهَا أَنْ يَنْكِحَ الرَّجُلُ أُمَّهُ
“ Riba itu ada tujuh puluh dosa. Yang paling ringan adalah seperti seseorang menzinai ibu kandungnya sendiri .” (HR. Ibnu Majah, no. 2274. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan )
Dalam riwayat Al-Hakim disebutkan,
“ Riba itu ada 73 pintu (dosa). Yang paling ringan adalah semisal dosa seseorang yang menzinai ibu kandungnya sendiri.
(HR. Al-Hakim, 2: 37. Al-Hakim mengatakan bahwa hadits ini sesuai syarat syaikhain –Bukhari dan Muslim-. Hal ini disepakati oleh Adz-Dzahabi. Al-Bushiri mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih, demikian disebutkan dalam tahqiq Sunan Ibnu Majah oleh Al-Hafizh Abu Thahir).
4. Ayat riba merupakan golongan ayat terakhir yang turun
Dari 'Umar bin Al-Khattab radhiyallahu 'anhu , ia berkata :
“ Ayat yang terakhir turun adalah ayat riba. Dan sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam diwafatkan dan belum menikah pada kita. Mereka menyebutnya riba dan ribah .”
(HR. Ibnu Majah, no. 2276; Ahmad, 1: 36. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini dha'if karena sebab ada ' illah -cacat-di dalamnya)
5. Yang tidak makan riba bisa tetap merasakan debu, ِ
“ Akan datang pada manusia suatu zaman tidak akan tersisa kecuali pemakan riba. Siapa yang tidak makan riba ketika itu, dia bisa memakan debunya .”
(HR. Ibnu Majah, no. 2278; Abu Daud, no. 3331. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini dha'if alasannya karena ada 'illah dan Al-Hasan tidak mendengar dari Abu Hurairah).
6. Makan Riba Lebih Parah Dari 33 Kali Berzina
Jeleknya riba disebutkan oleh seorang tabi'in yang bernama Ka'ab Al-Ahbar, seorang mantan pendeta Yahudi yang paham akan kitab-kitab Yahudi, bahkan bisa mengetahui secara umum mana yang shahih dan batil dari kitab tersebut.
(Lihat Siyar A'lam An- Nubala' , 3: 489-894). Ka'ab rahimahullah menyatakan :
“Aku berzina sebanyak 33 kali lebih aku suka daripada menghabiskan satu dirham riba yang Allah tahu aku memakannya ketika aku memakan riba.”
(HR. Ahmad, 5: 225. Syaikh Syu'aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih )
7. Jika Riba Sudah Merajalela Layak Dapat Azab
Tersebarnya riba merupakan “pernyataan tidak langsung” dari suatu kaum bahwa mereka berhak dan layak untuk mendapatkan adzab dari Allah ta'ala. Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma , Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berlibur,
إِذَا ظَهَرَ الزِّناَ وَالرِّبَا فِي قَرْيَةٍ فَقَدْ أَحَلُّوْا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللهِ
“ Apabila telah marak perzinaan dan praktek ribawi di suatu negeri, maka sungguh penduduk negeri tersebut telah menghalalkan diri mereka untuk diadzab oleh Allah.”
(HR. Al-Hakim. Beliau mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih . Imam Adz-Dzahabi mengatakan, hadits ini shahih . Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan lighoirihi sebagaimana disebut dalam Shahih At-Targhib wa Tarhib , no. 1859)
8. Riba Akan Hilang Berkah Walau Riba Terus Bertambah Banyak
Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu , dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berlibur,
مَا أَحَدٌ أَكْثَرَ مِنَ الرِّبَا إِلاَّ كَانَ عَاقِبَةُ أَمْرِهِ إِلَى قِلَّةٍ
“ Riba membuat sesuatu jadi bertambah banyak. Namun ujungnya riba bikin sedikit (sedikit jumlah, maupun sedikit berkah, -pen.) .”
(HR. Ibnu Majah, no. 2279; Al-Hakim, 2: 37. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih )
9. Riba dan akal-akalannya adalah kebiasaan buruk orang Yahudi
Riba adalah kebiasaan buruk orang-orang yahudi sebagaimana dimaksudkan dalam ayat berikut,
فَبِظُلْمٍ مِنَ الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ طَيِّبَاتٍ أُحِلَّتْ لَهُمْ وَبِصَدِّهِمْ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ كَثِيرً
وَأَخْذِهِمُ الرِّبَا وَقَدْ نُهُوا عَنْهُ وَأَكْلِهِمْ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ ۚ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
Maka disebabkan kezaliman orang -orang Yahudi, Kami haramkan atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah melarangnya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih .” (QS. An-Nisaa': 160-161)
Ibnu Katsir mengatakan bahwa Allah telah melarang riba pada kaum Yahudi, namun mereka menerjangnya dan mereka memakan riba tersebut. Mereka pun melakukan pengelabuan untuk bisa menerjang riba. Itulah yang dilakukan mereka memakan harta manusia dengan cara yang batil. (Lihat Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim , 3: 273)
Siapa yang mengambil riba bahkan melakukan tipu daya dan akal-akalan supaya riba itu menjadi halal, berarti ia telah mengikuti jejak kaum Yahudi. Dan inilah yang sudah disyaratkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam .
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu , Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berlibur,
“ Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam-, “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi?”
(HR. Bukhari, no. 7319)
Dari Abu Sa'id Al Khudri radhiyallahu 'anhu , ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berlibur,
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ
“ Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang mengikutinya adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?
(HR. Muslim, no. 2669).
Ibnu Taimiyah menjelaskan, tidak diragukan lagi bahwa umat Islam ada yang kelak akan mengikuti jejak Yahudi dan Nashrani dalam sebagian perkara.
(Lihat Majmu' Al-Fatawa , 27: 286.)
10. Allah tidak akan menerima sedekah, infak dan zakat yang dikeluarkan dari harta riba
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu , Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berlibur,
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا
“ Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyyib (baik). Allah tidak akan menerima sesuatu melainkan dari yang thoyyib (baik) .”
(HR.Muslim, no.1015).
Yang dimaksud dengan Allah tidak menerima selain dari yang thoyyib (baik) telah disebutkan maknanya dalam hadits tentang sedekah.
Juga dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu , Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berkunjung,
لاَ يَتَصَدَّقُ أَحَدٌ بِتَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ إِلاَّ أَخَذَهَا اللَّهُ بِيَمِينِهِ فَيُرَبِّيهَا كَمَا يُرَبِّى أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ أَوْ قَلُوْصَهُ حَتَّى تَكُوْنَ مِثْلَ الْجَبَلِ أَوْ أَعْظَمَ
“ Tidaklah seseorang bersedekah dengan menyebutir kurma dari hasil kerjanya yang halal melainkan Allah akan mengambil sedekah tersebut dengan tangan kanan-Nya lalu Dia menaikkannya menyesuaikan ia membesarkan anak kuda atau anak unta betinanya hingga sampai semisal gunung atau lebih besar dari itu .”
(HR.Muslim, no.1014).
Dikuatkan dengan ayat berikut,
وَمَا آتَيْتُمْ مِنْ رِبًا لِيَرْبُوَ فِي أَمْوَالِ النَّاسِ فَلا يَرْبُو عِنْدَ اللَّهِ وَمَا آتَيْتُمْ مِنْ زَكَاةٍ تُرِيدُونَ وَجْهَ اللَّهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُضْعِفُون
“ Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta manusia, Maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang melakukan demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya). (QS. Ar-Ruum: 39)
Pelaku riba tidak mendapatkan pahala saat hartanya diinfakkan di jalan Allah.
11. Doa pemakan riba sulit terkabul
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menceritakan,
“Ada seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambut kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit sambil berdo'a ِ
“ Wahai Rabbku, wahai Rabbku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, lalu bagaimanakah Allah akan memperkenankan do'anya? ”
(HR. Muslim, no. 1014)
12. Memakan riba membuat hati keras
Allah Ta'ala berfirman,
كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“ Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan untuk menutupi hati mereka .”
(QS. Al-Muthoffifin: 14)
Makna ayat di atas diterangkan dalam hadits berikut.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) »
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu , dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salla m, beliau pernah merasakan, “ Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta maaf serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Saat dia kembali (berbuat maksiat), maka tambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), 'Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka' .”
(HR. Tirmidzi, no. 3334; Ibnu Majah, no. 4244. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan )
Mujahid rahimahullah mengatakan, “Hati itu seperti telapak tangan. Awalnya ia dalam keadaan terbuka dan jika melakukan dosa, maka telapak tangan tersebut akan tergenggam. Jika melakukan dosa, maka jari-jemari perlahan-lahan akan menutup telapak tangan tersebut. Jika ia melakukan dosa lagi, maka jari lainnya akan menutup telapak tangan tadi. Akhirnya seluruh telapak tangan tadi tertutupi oleh jari-jemari.” (Fath Al-Qodir, Asy Syaukani, Mawqi' At Tafasir, 7/442).
13. Badan yang tumbuh dari harta yang haram akan disentuh api neraka
Yang pernah dinasihati oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada Ka'ab,
يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ إِنَّهُ لاَ يَرْبُو لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ إِلاَّ كَانَتِ الَّارُ إِلاَّ كَانَتِ الَّارُ إِلاَّ كَانَتِ الَّارُ إِلاَّ كَانَتِ الَّارُ إِلاَّ كَانَتِ الَّارْ
“ Wahai Ka'ab bin 'Ujroh, sesungguhnya daging badan yang tumbuh berkembang dari sesuatu yang haram akan berhak dibakar dalam api neraka .”
(HR. Tirmidzi, no. 614. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan ).
Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.
Komentar
Posting Komentar